Anjuran Untuk Menikah : Nikah Adalah Sunnah Para Rasul, Persetubuhan Dari Kalian Adalah Shadaqah
Seperti yang telah diketahui bahwa agama kita banyak memberikan anjuran untuk menikah.
Allah
menyebutkannya dalam banyak ayat di Kitab-Nya dan menganjurkan kepada
kita untuk melaksanakannya. Di antaranya, firman Allah Ta’ala dalam
surat Ali ‘Imran tentang ucapan Zakariya Alaihissalam
“Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a.” [Ali ‘Imran: 38]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
"Dan
(ingatlah kisah) Zakariya, tatkala ia menyeru Rabb-nya: ‘Ya Rabb-ku
janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkau-lah Waris
Yang Paling Baik.’” [Al-Anbiyaa’: 89]
Allah Subahanhu wa Ta’ala berfirman
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum-mu dan Kami
memberikan kepada mereka isteri-isteri dan ke-turunan…” [Ar-Ra’d: 38]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“Dan
kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya...” [An-Nuur: 32]
Dan hadits-hadits mengenai hal itu sangatlah banyak.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
"Jika
seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya;
oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang
tersisa." [1]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
"Barangsiapa
yang dipelihara oleh Allah dari keburukan dua perkara, niscaya ia masuk
Surga: Apa yang terdapat di antara kedua tulang dagunya (mulutnya) dan
apa yang berada di antara kedua kakinya (kemaluannya)." [2]
Jadi,
masuk ke dalam Surga itu -wahai saudaraku- karena engkau memelihara
dirimu dari keburukan apa yang ada di antara kedua kakimu, dan ini
dengan cara menikah atau berpuasa.
Saudaraku yang budiman!
Pernikahan adalah sarana terbesar untuk memelihara manusia agar tidak
terjatuh ke dalam perkara yang diharamkan Allah, seperti zina, liwath
(homoseksual) dan selainnya. Penjelasan mengenai hal ini akan
disampaikan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menganjurkan kita -dengan sabdanya- untuk menikah dan mencari keturunan,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu.
"Menikahlah,
karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada
umat-umat lain pada hari Kiamat, dan janganlah kalian seperti para
pendeta Nasrani." [3]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menganjurkan kita dalam banyak hadits agar menikah dan melahirkan anak.
Beliau menganjurkan kita mengenai hal itu dan melarang kita hidup
membujang, karena perbuatan ini menyelisihi Sunnahnya.
Saya kemukakan kepadamu, saudaraku yang budiman, sejumlah hadits yang menunjukkan hal itu.
1. Nikah Adalah Sunnah Para Rasul
Nikah adalah salah satu Sunnah para Rasul, lantas apakah engkau akan menjauhinya, wahai saudaraku yang budiman?
At-Tirmidzi
meriwayatkan dari Abu Ayyub Radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
"Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa malu, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah." [4]
2. Siapa Yang Mampu Di Antara Kalian Untuk Menikah, Maka Menikahlah
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita demikian, sebagaimana
diriwayatkan oleh al-Bukhari dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu
‘anhu. Ia menuturkan: "Kami bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai pemuda yang tidak mempunyai sesuatu, lalu beliau bersabda kepada
kami:
"Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian
yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan
pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak
mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya
(sebagai tameng).'" [5]
3. Orang Yang Menikah Dengan Niat Menjaga Kesucian Dirinya, Maka Allah Pasti Menolongnya
Saudaraku yang budiman, jika engkau ingin menikah, maka ketahuilah bahwa Allah akan menolongmu atas perkara itu.
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
"Ada
tiga golongan yang pasti akan ditolong oleh Allah; seorang budak yang
ingin menebus dirinya dengan mencicil kepada tuannya, orang yang menikah
karena ingin memelihara kesucian, dan pejuang di jalan Allah." [6]
4. Menikahi Wanita Yang Berbelas Kasih Dan Subur (Banyak Anak) Adalah Kebanggaan Bagimu Pada Hari Kiamat
Saudaraku
yang budiman, jika kamu hendak menikah, carilah dari keluarga yang
wanita-wanitanya dikenal subur (banyak anak) dan berbelas kasih kepada
suaminya, karena Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam membanggakanmu
mengenai hal itu pada hari Kiamat.
Berdasarkan apa yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ma’qil bin Yasar Radhiyallahu ‘anhu, ia
menuturkan: “Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
lalu mengatakan: ‘Aku mendapatkan seorang wanita (dalam satu riwayat
lain (disebutkan), ‘memiliki kedudukan dan kecantikan’), tetapi ia tidak
dapat melahirkan anak (mandul); apakah aku boleh menikahinya?’ Beliau
menjawab: ‘Tidak.’ Kemudian dia datang kepada beliau untuk kedua
kalinya, tapi beliau melarangnya. Kemudian dia datang kepada beliau
untuk ketiga kalinya, maka beliau bersabda: ‘Nikahilah wanita yang
berbelas kasih lagi banyak anak, karena aku akan membangga-banggakan
jumlah kalian kepada umat-umat yang lain.’” [7]
5. Persetubuhan Salah Seorang Dari Kalian Adalah Shadaqah
Saudaraku
semuslim, aktivitas seksualmu dengan isterimu guna mendapatkan
keturunan, atau untuk memelihara dirimu atau dirinya, maka engkau
mendapatkan pahala; berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
dari Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, bahwa sejumlah Sahabat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah,
orang-orang kaya telah mendapatkan banyak pahala. Mereka melaksanakan
shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa,
dan mereka dapat bershadaqah dengan kelebihan harta mereka."
Beliau
bersabda: "Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian apa yang dapat
kalian shadaqahkan. Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap takbir adalah
shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah,
menyuruh kepada yang ma'ruf adalah shadaqah, mencegah dari yang munkar
adalah shadaqah, dan persetubuhan salah seorang dari kalian (dengan
isterinya) adalah shadaqah."
Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kami yang melampiaskan syahwatnya akan mendapatkan pahala?"
Beliau
bersabda: "Bagaimana pendapat kalian seandainya dia melampiaskan
syahwatnya kepada hal yang haram, apakah dia mendapatkan dosa? Maka
demikian pula jika ia melampiaskannya kepada hal yang halal, maka dia
mendapatkan pahala." [8]
6. Menikah Dapat Mengembalikan Semangat "Kepemudaan"
Nikah dapat mengembalikan kekuatan dan kepemudaan badan. Karena ketika jiwa merasa tenteram, tubuh menjadi giat.
Inilah
seorang Sahabat yang menjelaskan hal itu kepada kita, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dari ‘Alqamah Radhiyallahu ‘anhu, ia
menuturkan: “Aku bersama ‘Abdullah (bin Mas’ud), lalu ‘Utsman bertemu
dengannya di Mina, maka ia mengatakan: ‘Wahai Abu ‘Abdirrahman,
sesungguhnya aku mempunyai hajat kepadamu.’ Kemudian keduanya
bercakap-cakap (jauh dari ‘Alqamah). ‘Utsman bertanya kepadanya: ‘Wahai
Abu ‘Abdirrahman, maukah aku nikahkan engkau dengan seorang gadis yang
akan mengingatkanmu pada apa yang dahulu pernah engkau alami?’ Ketika
‘Abdullah merasa dirinya tidak membutuhkannya, maka dia mengisyaratkan
kepadaku seraya mengatakan: ‘Wahai ‘Alqamah!’ Ketika aku menolaknya, dia
mengatakan: ‘Jika memang engkau mengatakan demikian, maka sesungguhnya
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kami: ‘Wahai para
pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu untuk menikah, maka
menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah; karena
puasa dapat mengendalikan syahwatnya.’” [9]
7. Nabi
Shallallahu Alaihi Wa Sallam Menganjurkan Suami Isteri Agar Melakukan
Aktivitas Seksual Guna Memperolah Keturunan, Dan Menikah Dengan Gadis
Imam
al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyalllahu ‘anhu, ia
mengatakan: "Nabi Sulaiman bin Dawud berkata: 'Aku benar-benar akan
menggilir 70 isteri pada malam ini, yang masing-masing isteri akan
melahirkan seorang mujahid yang berjihad di jalan Allah.' Seorang
sahabatnya berkata kepadanya: 'Insya Allah.' Tetapi Nabi Sulaiman tidak
mengucapkannya, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang hamil kecuali
satu orang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 'Seandainya
dia mengucapkan insya Allah, niscaya mereka menjadi para mujahid di
jalan Allah.'" [10]
Dalam riwayat Muslim (disebutkan):
"Aku bersumpah kepada Rabb yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya!
'Seandainya dia mengucapkan ‘insya Allah’, niscaya mereka berjihad di
jalan Allah sebagai prajurit semuanya.'" [11]
Al-Bukhari
meriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah , ia mengatakan: "Aku bersama Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu peperangan, ternyata untaku
berjalan lambat dan kelelahan. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang kepadaku lalu menegur: 'Jabir!' Aku menjawab: 'Ya.' Beliau
bertanya: 'Ada apa denganmu?' Aku menjawab: 'Untaku berjalan lambat dan
kelelahan sehingga aku tertinggal.' Lalu beliau turun untuk mengikatnya
dengan tali, kemudian bersabda: 'Naiklah!' Aku pun naik. Sungguh aku
ingin menahannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
bertanya: 'Apakah engkau sudah menikah?'
Aku menjawab:
'Sudah.' Beliau bertanya: 'Gadis atau janda?' Aku menjawab: 'Janda.'
Beliau bersabda: 'Mengapa tidak menikahi gadis saja sehingga engkau
dapat bermain-main dengannya dan ia pun bermain-main dengan-mu?'
Aku
menjawab: 'Sesungguhnya aku mempunyai saudara-saudara perempuan, maka
aku ingin menikahi seorang wanita yang bisa mengumpulkan mereka,
menyisir mereka, dan membimbing mereka.' Beliau bersabda: 'Engkau akan
datang; jika engkau datang, maka demikian, demikian.' [12]
Beliau
bertanya: 'Apakah engkau akan menjual untamu?' Aku menjawab: 'Ya.' Lalu
beliau membelinya dariku dengan satu uqiyah (ons perak). Kemudian
Rasulullah sampai sebelumku, sedangkan aku sampai pada pagi hari. Ketika
kami datang ke masjid, aku menjumpai beliau di depan pintu masjid.
Beliau bertanya: 'Apakah sekarang engkau telah tiba?'
Aku
menjawab: 'Ya.' Beliau bersabda: 'Tinggalkan untamu lalu masuklah ke
masjid, kemudian kerjakan shalat dua rakaat.' Kemudian aku masuk, lalu
melaksanakan shalat. Setelah itu beliau memerintahkan Bilal agar
membawakan satu uqiyah kepada beliau, lalu Bilal menimbangnya dengan
mantap dalam timbangan. Ketika aku pergi, beliau mengatakan: 'Panggillah
Jabir kepadaku.' Aku mengatakan: 'Sekarang unta dikembalikan kepadaku,
padahal tidak ada sesuatu pun yang lebih aku benci daripada unta ini.'
Beliau bersabda: 'Ambillah untamu, dan harganya untukmu.'" [13]
Ibnu Majah meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda
"Nikahlah
dengan gadis perawan; sebab mereka itu lebih manis bibirnya, lebih
subur rahimnya, dan lebih ridha dengan yang sedikit." [14]
8. Anak Dapat Memasukkan Bapak Dan Ibunya Ke Dalam Surga
Bagaimana
anak memasukkan ayah dan ibunya ke dalam Surga? Mari kita dengarkan
jawabannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits
qudsi. Imam Ahmad meriwayatkan dari sebagian Sahabat Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda :
"Di perintahkan
kepada anak-anak di Surga: 'Masuklah ke dalam Surga.' Mereka menjawab:
'Wahai Rabb-ku, (kami tidak masuk) hingga bapak dan ibu kami masuk
(terlebih dahulu).' Ketika mereka (bapak dan ibu) datang, maka Allah
Azza wa Jalla berfirman kepada mereka: 'Aku tidak melihat mereka
terhalang. Masuklah kalian ke dalam Surga.' Mereka mengatakan: 'Wahai
Rabb-ku, bapak dan ibu kami?' Allah berfirman: 'Masuklah ke dalam Surga
bersama orang tua kalian.'" [15]
Sebagian manusia
memutuskan untuk beribadah dan menjadi "pendeta" serta tidak menikah,
dengan alasan bahwa semua ini adalah taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah. Kita sebutkan kepada mereka dua hadits berikut ini, agar mereka
mengetahui ajaran-ajaran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan
keharusan mengikuti Sunnahnya pada apa yang disabdakannya. Inilah point
yang kesembilan:
9. Tidak Menikah Karena Memanfaatkan
Seluruh Waktunya Untuk Beribadah Adalah Menyelisihi Sunnah Nabi
Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Wahai saudaraku yang budiman.
Engkau memutuskan untuk tidak menikah agar dapat mempergunakan seluruh
waktumu untuk beribadah adalah menyelisihi Sunnah Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sebab, agama kita bukan agama "kependetaan" dan
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak merekomendasi-kan hal itu
kepada kita.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
al-Bukhari dari Anas bin Malik, ia menuturkan: Ada tiga orang yang
datang ke rumah isteri-isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
bertanya tentang ibadah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika
mereka diberi kabar, mereka seakan-akan merasa tidak berarti. Mereka
mengatakan: "Apa artinya kita dibandingkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan
terkemudian?" Salah seorang dari mereka berkata: "Aku akan shalat malam
selamanya." Orang kedua mengatakan: "Aku akan berpuasa sepanjang masa
dan tidak akan pernah berbuka." Orang ketiga mengatakan: "Aku akan
menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya." Kemudian Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang lalu bertanya: "Apakah kalian yang
mengatakan demikian dan demikian? Demi Allah, sesungguhnya aku lebih
takut kepada Allah dan lebih bertakwa daripada kalian, tetapi aku
berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, serta menikahi wanita.
Barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku.'"
[16]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyetujui Salman
Radhiyallahu ‘anhu atas apa yang dikatakannya kepada saudaranya, Abud
Darda' Radhiyallahu ‘anhuma yang telah beristeri, agar tidak
menghabiskan waktunya untuk beribadah dan menjauhi isterinya, yaitu
Ummud Darda’ Radhiyallahu ‘anha. Dia menceritakan kepada kita peristiwa
yang telah terjadi.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Wahb bin
‘Abdillah Radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mempersaudarakan antara Salman dan Abud Darda'. Ketika Salman
mengunjungi Abud Darda', dia melihat Ummud Darda' mubtadzilah (memakai
baju apa adanya dan tidak memakai pakaian yang bagus). [17] Dia
bertanya: "Bagaimana keadaanmu?"
Ia menjawab: "Saudaramu,
Abud Darda', tidak membutuhkan dunia ini, (yakni wanita. Dalam riwayat
Ibnu Khuzaimah terdapat tambahan: ‘Ia berpuasa di siang hari dan shalat
di malam hari’).”
Kemudian Abud Darda' datang lalu Salman
dibuatkan makanan. "Makanlah, karena aku sedang berpuasa," kata Abud
Darda'. Ia menjawab: "Aku tidak akan makan hingga engkau makan." Abud
Darda' pun makan. Ketika malam datang, Abud Darda' pergi untuk
mengerjakan shalat.
Salman berkata kepadanya: "Tidurlah!"
Ia pun tidur. Kemudian ia pergi untuk shalat, maka Salman berkata
kepadanya: "Tidurlah!" Ketika pada akhir malam, Salman berkata:
"Bangunlah sekarang." Lantas keduanya melakukan shalat bersama.
Kemudian
Salman berkata kepadanya: "Rabb-mu mempunyai hak atasmu, dirimu
mempunyai hak atasmu, dan keluargamu mempunyai hak atasmu. Oleh
karenanya, berikanlah haknya kepada masing-masing pemiliknya."
Kemudian Abud Darda' datang kepada Nabi untuk menceritakan hal itu kepada beliau, maka beliau menjawab: "Salman benar." [18]
Al-Bukhari
meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu, ia
menuturkan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Wahai
‘Abdullah, aku diberi kabar, bukankah engkau selalu berpuasa di siang
hari dan shalat pada malam hari?" Aku menjawab: "Benar, wahai
Rasulullah." Beliau bersabda: "Jangan engkau lakukan! Berpuasa dan
berbukalah, bangun dan tidurlah. Sebab jasadmu mempunyai hak atasmu,
matamu mempunyai hak atasmu, dan isterimu mempunyai hak atasmu.'" [19]
HR.
Muslim (no. 1006). Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: "Sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Persetubuhan salah seorang dari kalian
adalah shadaqah,’ dimutlakkan atas jima. Ini sebagai dalil bahwa
perkara-perkara mubah akan menjadi ketaatan dengan niat yang benar.
Jima’ menjadi ibadah jika diniatkan untuk memenuhi hak isteri dan
mempergaulinya dengan baik sebagaimana Allah memerintahkan kepadanya,
atau diniatkan untuk mendapatkan anak yang shalih, atau memelihara
dirinya.” Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Jika manusia mati, maka amalnya
terputus kecuali dari tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, atau anak shalih yang senantiasa mendo’akan-nya.” (HR.
Muslim).
HR. Al-Bukhari (no. 5065) kitab an-Nikaah, Muslim
(no. 1400) kitab an-Nikaah, Abu Dawud (no. 2045) kitab an-Nikaah.
Pensyarah kitab ‘Aunul Ma’buud Syarh Sunan Abi Dawud (VI/28-29) berkata:
"Wahai Abu ‘Abdirrahman -kunyah Ibnu Mas’ud-, akan kembali kepadamu apa
yang pernah engkau alami, akan kembali kepadamu apa yang telah berlalu
dari semangatmu dan kekuatan muda-mu. Sebab, itu dapat membangkitkan
kekuatan badan."